 |
| Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia (ISMKI) region Bali mengadakan acara kemanusiaan pada anak berkebutuhan khusus di Yayasan Peduli Autisme Bali, Minggu (27/9/2015). |
DENPASAR - Autisme adalah kondisi seseorang yang mengalami gangguan pada sistem sarafnya, sehingga terjadi kesulitan dalam komunikasi, belajar, dan melakukan kegiatan sehari-hari.
Namun anak autis bisa berkembang.
Aden, seorang anak autis di Yayasan Peduli Autisme memiliki IQ 180, lebih dari rata-rata orang normal.
Tapi, anak autis harus diarahkan ke apa yang mereka suka, tidak seperti orang normal yang bisa memilih pekerjaan sesuai dengan prospek kedepan atau permintaan orang lain.
"Anak autis harus diarahkan untuk mengembangkan hobinya hingga menjadi pekerjaan," jelas Ida Bagus Tirta Yoga dari Jurusan Kedokteran Umum, Fakultas Kedokteran Unud.
Tirta Yoga menerangkan bahwa gejala autisme sebenarnya sudah terlihat sejak masih bayi.
"Menurut Bunda Ratih, seorang guru yang sudah 7 tahun melakukan terapi anak autis, gejala autisme terlihat saat bayi tidak ada respons jika diberi rangsangan," terang Tirta Yoga.
Suara yang awalnya ada, lama-kelamaan hilang. Misalnya kata susu menjadi cucu lalu menjadi u u dan kemudian hilang. Kesulitan komunikasi, menjadi antisosial.
Saat bayi, anak autis biasanya terlambat berjalan, tapi sekali bisa dia langsung berjalan tanpa proses merangkak.
Tirta Yoga mengingkan agar masyarakat tidak anti terhadap anak autis.
"Bagi orangtua, terimalah keadaan anak dengan ikhlas, dan bantu proses terapi sesuai dengan tempat terapi tersebut," pesan Tirta Yoga.
Anak autis akan susah memberikan feedback secara verbal, mereka hanya mampu menjawab, itupun harus dituntun.
Jadi tempatkan diri sebagai temannya, walau tidak bisa secara komunikasi verbal setidaknya perasaan yang akan menjadi media.
sumber : tribun
