Selasa, 29 Mei 2012 08:19
HIMPUNAN Pramuwisata Indonesia (HPI) memperkirakan sekitar 30 persen pemandu wisata yang
beroperasi di Bali ilegal.

"Dari 5.000 pramuwisata, sebanyak 1.500 atau 30 persen lebih ilegal karena tidak memiliki lisensi," kata Humas Dewan Pimpinan Daerah HPI Provinsi Bali Amos Lillo di Denpasar, kemarin.
Menurut dia, banyak di antara mereka adalah pegawai yang bekerja di perusahaan jasa akomodasi pariwisata, seperti pekerja restoran, hotel, atau vila sehingga menjadikan pemandu wisata sebagai pekerjaan sampingan.
"Dari jumlah itu pula, 300 orang di antaranya merupakan pramuwisata ilegal yang memberikan jasa kepada wisatawan China. Data itu sudah resmi kami peroleh dari pihak terkait," ujarnya.
Sisanya bekerja untuk memandu pelancong dari Prancis, Inggris, dan Jerman. Namun banyak juga pemandu
wisata ilegal yang beroperasi dengan melayani wisatawan dalam negeri.
wisata ilegal yang beroperasi dengan melayani wisatawan dalam negeri.
"Untuk itu kami bekerja sama dengan instansi terkait akan terus rutin melakukan sidak (inspeksi mendadak) di sejumlah objek wisata untuk menjaring pramuwisata ilegal," katanya.
Selama ini HPI memberikan lisensi kepada pramuwisata yang berlaku selama enam bulan dan bisa diperpanjang kembali.
sumber : MICOM