Headlines News :
Home » , » Pria Pembeli Jasa Seks: Seperti Membeli Secangkir Kopi

Pria Pembeli Jasa Seks: Seperti Membeli Secangkir Kopi

Para pekerja seks berjalan di kawasan Dolly, Surabaya, yang sepi, Rabu (18/6/2014) malam, setelah pemerintah kota resmi menutup kawasan prostitusi terbesar di Asia Tenggara tersebut.
Pria pembeli seks ternyata rentan terlibat kejahatan seks dan cenderung memiliki sejarah kekerasan seksual.

Seperti membeli kopi, setelah dinikmati boleh dibuang.

Demikian menurut penelitian yang diterbitkan di jurnal Interpersonal Violence.

Penelitian itu melibatkan 101 pria di daerah Boston.

Studi itu menemukan pria pembeli seks cenderung memiliki lebih sedikit empati terhadap perempuan dan cenderung memiliki karakter kekerasan seksual.

Riset itu menyaring 1.200 orang pria dengan tujuan mengisolasi secara demografi grup yang dapat dibandingkan untuk diwawancara.

"Kedua kelompok cenderung memilih seks impersonal, ketakutan mendapat penolakan dari wanita, riwayat melakukan tindakan agresif seksual dan identifikasi diri maskulin tak bersahabat," kata profesor dari UCLA, Neil Malamuth yang juga melakukan penelitian ini dikutip dari kompas.com.

"Mereka yang membeli seks rata-rata memiliki empati lebih sedikit terhadap wanita pekerja seks dan memandang mereka berbeda dengan wanita lain," katanya.

Peneliti mendefinisikan "maskulinitas tak bersahabat" sebagai hasrat cinta diri sendiri dan perseteruan untuk memiliki kekuasaan di atas diri wanita.

Seorang pria mengatakan kepada peneliti, ia memandang membeli jasa seks dari pekerja seks seperti membeli secangkir kopi.

Ketika sudah habis, dia membuangnya.

Studi pun menemukan pria pembeli seks lebih cenderung melakukan pemerkosaan dan melakukan kejahatan seksual lainnya.

Studi ini dilakukan berhubung wilayah hukum saat ini makin menargetkan pembeli jasa seks daripada pekerja seks dalam upayanya mengatasi prostitusi dan perdagangan seks. Suara Amnesti International Agustus lalu merekomendasikan dekriminalisasi komplit pelacuran untuk pembeli dan penjual.

Studi ini dilakukan juga oleh Melissa Farley yang menjalankan Prostitution Research & Education, lembaga nirlaba yang meneliti prostitusi dan perdagangan seks.

Dalam pernyataan misinya, lembaga itu mendedikasikan dirinya untuk menghapus pelacuran.

Studi itu juga didanai oleh Hunt Alternatives.




sumber : tribun
Share this article :

Pengunjung Blog Ini:


Recent Post

Popular Posts

Top News

Wanita Ini Kritis setelah Lawan Penjambret di Seminyak

Korban pejambretan dirawat intensif di IGD RSUP Sanglah, Sabtu (24/12/2016). DENPASAR - Tangis Eris dan keluarganya tak mampu lagi ter...

The Others News

 
Support : Dre@ming Post | Dre@aming Group | I Wayan Arjawa, ST
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Kuta Selatan - All Rights Reserved
Template Design by Dre@ming Post Published by Hot News Seventeen