DENPASAR - Pelajaran Bahasa Indonesia masih jadi momok yang menakutkan bagi para siswa di tingkat SMA/MA/SMK. Buktinya, pada tahun ajaran 2010/2011 ini pelajaran bahasa wajib itu mendominasi sebagai pelajaran yang paling banyak tidak meluluskan siswanya. Bahkan dari data Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga (Disdikpora) ProVinsi Bali, 70 persen siswa tidak lulus karena Bahasa Indonesia. Tragisnya lagi, para siswa yang tidak lulus itu kebanyakan di sekolah negeri.
Dari data tersebut, tercatat total untuk siswa yang tidak lulus dari tingkat SMA/MA dan SMK sebanyak 20 siswa. Rinciannya, 10 siswa dari tingkat SMA/MA dan 10 siswa dari tingkat SMK. Jumlah tersebut lebih besar daripada angka ketidaklulusan tahun sebelumnya (2009/2010) yang hanya 6 siswa untuk tingkat SMA dan 0 untuk tingkat SMK.
Terkait hal tersebut, Kepala Disdikpora Provinsi Bali Ida Bagus Anom, mengatakan ujian untuk tahun ini dinilainya berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. ”Kalau untuk tahun lalu masih ada ujian susulan, tapi untuk sekarang tidak ada,” ujarnya didampingi Prof I Nyoman Wijaya dari Badan Pengawas Ujian dari Unud Minggu (15/5) di kantornya.
Pun demikian, kesempatan untuk kebocoran soal dan jawaban
ataupun saling mencontek, kata dia, sangat minim. ”Kita punya lima paket utama dan satu paket tambahan, jadi kesempatan untuk mencontek tidak ada,” imbuhnya. Itulah yang membuat berbeda dengan ujian tahun lalu yang hanya 6 siswa yang tidak lulus.
ataupun saling mencontek, kata dia, sangat minim. ”Kita punya lima paket utama dan satu paket tambahan, jadi kesempatan untuk mencontek tidak ada,” imbuhnya. Itulah yang membuat berbeda dengan ujian tahun lalu yang hanya 6 siswa yang tidak lulus.
Sementara itu, untuk jumlah siswa yang tidak lulus baik dari SMA dan SMK hampir 70 persen disebabkan karena Bahasa Indonesia. Pelajaran yang dianggap banyak siswa sepele ini ternyata jadi momok dalam beberapa tahun terakhir ini. ”Bisa dibilang angka ketidaklulusan kebanyakan dari pelajaran Bahasa Indonesia yakni 70 persen dan sisanya Matematika,” urainya.
Saat ditanyakan kenapa Bahasa Indonesia selalu jadi pelajaran yang jadi momok bagi para siswa, kadis menjelaskan kalau telah terjadi penggeseran trend orientasi dari para siswa. ”Bahasa Indonesia kualitas dan bobot soal lebih kuat, selain itu telah terjadi euforia bilingual, yakni bahasa Inggris yang menurut siswa harus lebih menonjol,” ujarnya.
Pernyataan senada juga dikatakan oleh Koordinator Panitia Unas Bali, IB Mertha, menurutnya selama ini yang dikuasai oleh sebagaian siswa adalah bahasa pergaulan. “Kontek keilmiahan dalam penggunaan bahasa Indonesia belum dipakai, ada juga yang menganggap kalau pelajaran bahasa Indonesia belum bisa menjanjikan kedepannya dari pada pelajaran Bahasa Inggris,” katanya menyayangkan. Namun demikian, kata dia, bukan berarti rendahnya nilai Bahasa Indonesia mencerminkan kurangnya rasa nasionalisme pada siswa juga rendah. “Bukan karena itu, tapi banyak faktor yang seperti saya sebutkan tadi,” terangnya. Bahkan tidak ada siswa yang mendapatkan nilai dari pelajaran bahasa Indonesia secara sempurna (10).
Sementara itu, daerah dengan jumlah siswa yang paling banyak tidak lulus untuk tingkat SMA adalah daerah Tabanan. Bahkan dari 10 siswa yang tidak lulus di Bali 7 diantaranya di daerah Tabanan--- ketidaklulusan dikarenakan pelajaran Bahasa Indonesia sebanyak 5 siswa--. Sedangkan sisanya di daerah Denpasar 1 juga karena Bahasa Indonesia dan Buleleng 2 siswa ---1 siswa diantaranya juga karena Bahasa Indonesia. Para siswa tersebut hampir 80 persen adalah siswa di sebuah sekolah negeri. Sementara satu siswa UN yang dinyatakan tidak lulus dari SMAN 1 Selemadeg yang hanya sempat meng
ikuti UN pada hari pertama dan meninggal dunia karena kecelakaan. Sedangkan untuk tingkat SMK, 10 siswa yang tidak lulus berada di daerah Badung sebanyak 3 siswa, Buleleng 3 siswa, Gianyar 2 siswa,dan Denpasar 1 serta Karangasem 1 siswa. Mereka juga tidak lulus karena pelajaran Bahasa Indonesia sebanyak 6 siswa dan 3 siswa karena matematika, sisanya karena mata pelajaran keahlian.
Untuk siswa yang tidak lulus kini tidak bisa mengikuti ujian susulan lagi, namun mereka bisa meneruskan dengan syarat harus mengulangi lagi setahun atau harus mengikuti ujian paket C. Sementara itu, hari ini direncanakan akan diumumkan hasil UN diseluruh Bali secara serempak, para siswa diminta untuk tidak mencoret-coret seragamnya. “Untuk itu selalu kita minta untuk pakai pakaian adat,” imbaunya.
Dre@ming Post______
sumber : NusaBali
Dre@ming Post______
sumber : NusaBali