Headlines News :
Home » » Wooowww ..... RS Unud Dikaitkan Kasus Nazar

Wooowww ..... RS Unud Dikaitkan Kasus Nazar

Kamis, 18 Agustus 2011, 05:59

DENPASAR - Proyek RS Pendidikan Unud dikait-kaitkan dengan kasus  Nazaruddin, karena tendernya dimenangkan perusahaan milik mantan Bendahara Umum DPP Demokrat itu. Apalagi, dalam pelariannya, Nazaruddin disebutkan sempat kelayapan di Bali, sebelum kemudian tertangkap di Kota Cartagena, Kolombia.

Sumber di Pemprov Bali menyebutkan, ada kucuran anggaran Rp 650 miliar dari pusat untuk pembangunan RS Unud yang berlokasi di Kampus Unud Jimbaran, Kecamatan Kuta Selatan, Bandung ini. “Dananya dari pusat sebesar Rp 650 miliar, yang diduga terkait dengan kasus Nazaruddin. Coba saja telusuri dan tanya ke Rektor Unud,” ujar sumber yang wanti-wanti namanya tidak dikorankan, Rabu (17/8).

Dia menjelaskan, Pemprov Bali tidak punya kaitan dengan pembangunan RS Unud di Jimbaran ini, karena dana sepenuhnya dikucurkan dari pusat. “Pemprov Bali tidak ada urusan dengan proyek tersebut. Urusan
proyek tersebut antara pusat yang bersentuhan langsung dengan pihak Unud,” katanya.

Pembangunan fisik RS Unud di Jimbaran yang penggarapannya di mulai tahun 2009 silam, saat ini baru mencapai sekitar 40 persen selesai tahap kedua. Biaya tahap pertama Rp 53 miliar, sementara tahap kedua mencapai Rp100 miliar. Dua tahap awal pembangunan RS Unud ini tendernya dimenangkan PT PT Duta Graha Indah (DGI), perusahaan milik Nazaruddin. Proyek RS Unud ini bernilai total sekitar Rp 600 miliar.

Dikonfirmasi secara terpisah, Rabu kemarin, Rektor Unud Prof Dr Made Bhakta menegaskan pihaknya tidak khawatir soal proyek RS Unud disebut- sebut terkait dengan kasus Nazaruddin. Pasalnya, RS Unud sendiri merupakan proyek pusat. Tender dan pembiayaannya pun ditangani pusat.

“Tendernya terbuka dan itu sepenuhnya dipegang pusat. Kita tidak ada masalah dan tendernya juga tidak ada masalah,” ujar guru besar Fakultas Kedokteran Unud ini. Menurut Made Bhakta, tidak ada tekanan dari siapa pun untuk memenangkan PT DGI dalam proyek RS Unud ini. PT DGI menang tender sesuai prosedur, di mana perusahaan tersebut memberikan penawaran paling rendah. Dia memperkirakan proyek RS Unud ini terancam molor, menyusul adanya kasus Nazaruddin. Rencana semula, proyek ini ditargetkan rampung tahun 2012 mendatang.

Dipaparkan Made Bhakta, RS Unud merupakan ‘dum-duman’ proyek rumah sakit dari pusat yang diperuntukkan bagi Universitas yang dianggap memenuhi syarat sesuai program pusat. Karena Unud dianggap memenuhi syarat, maka dapat jatah membangun RS.

Pembangnan RS Unud ini, kata Made Bhakta, telah disetujui Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas). Pembangunannya sudah dimulai tahun 2009 dan sampai sekarang, dengan dana sepenuhnya dari pusat. “Anggarannya diberikan pusat, perkiraan mencapai total Rp 600 miliar. Urusan tender pun semuanya dari pusat,” tegas Made Bhakta.

Nazaruddin yang jadi tersangka kasus dugaan korupsi megaproyek senilai total Rp 6,037 triliun, sebelumnya bikin pengakuan mengejutkan. Selama buron sejak 23 Mei 2011 lalu, Nazaruddin mengaku sempat kelayapan di Bali. Pengakuan Nazaruddin itudisampaikan kepada Staf KBRI di Bogota, Kolombia, I Made Subagia, saat curhat di markas polisi setempat usai ditangkap.

Kepada Made Subahja, Nazaruddin mengaku sempat beberapa waktu tinggal di Bali. Kebetulan, Nazaruddin mempunyai saham di salah satu hotel besar di Bali. "Dia (Nazaruddin) mengaku sempat mampir di Bali, Kepergian ke Bali itu saat dia jadi buronan. Dia datang ke Bali dengan pesawat khusus. Katanya, ada tempat dan fasilitas khusus juga," terang Made Subagja, beberapa hari lalu.

Setelah puas di Bali, kata Subagja, Nazaruddin akhirnya melanglang buana ke sejumlah negara, dengan naik pesawat carteran yang disewanya di Singapura. Nazaruddin yang kabur ke luar negeri sejak 23 Mei 2011, selepas dari Bali, melanglang buana ke Bahama, Dominika, Uni Emirat Arab, Kamboja, Vietnam, lalu Kolombia.

Sampai akhirnya Nazaruddin tertangkap polisi saat sedang asyik duduk-duduk di Kota Cartagena, Kolombia, Minggu (7/8) dinihari pukul 02.00 waktu setempat. Nazaruddin baru berhasil dipulangkan ke Indonesia dan tiba di Jakarta, Sabtu (13/8) malam, dengan pesawat khusus yang dicarter pemerintah seharga Rp 4 miliar. Tiba di tanah air, mantan petinggi Demokrat yang juga anggota DPR ini langsung dijebloskan ke Rutan Mako Brimob Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat.

Informasi terbaru, Rabu kemarin, Nazaruddin minta dipindahkan penahanannya dari Rutan Mako Brimob ke Rutan Tangerang, Banten. Tak jelas, apa alasan Nazaruddin minta pindah penahanan. Nazaruddin sendiri sempat dikabarkan menolak makan makanan yang disuguhkan di Rutan Mako Brimob, karena khawatir diracun.

"Dia (Nazaruddin) minta, kalau boleh, dipindahkan ke Rutan Tangerang," ungkap kuasa hukum Nazaruddin, OC Kaligis, seusai menjenguk kliennya di Rutan Mako Brimob, Rabu kemarin.

Menurut Kaligis, Nazaruddin putuskan untuk bungkam alias tidak bicara soal Partai Demokrat maupun pejabat KPK dalam proses hukum kasusnya. "Jadi, sampaikan kepada Pak SBY (Ketua Dewan Pembina Demokrat yang juga Presiden) bahwa saya sendiri tidak akan ngomong soal partai," cetus Nazaruddin ditirukan Kaligis.

Karena itu, kata Kaligis, saat diperiksa penyidik KPK, Kamis (18/8) ini, Nazaruddin tidak akan memberikan keterangan soal Demokrat dalam berita acara pemeriksaan. "Dia tidak mau ngomong pada KPK. Jadi, pemeriksaan besok (hari ini) dia cuma mau jawab satu, 'masukin saja saya dalam penjara'," terang Kaligis dilansir kompas.com kemarin. Nazaruddin juga akan bungkam terkait tudingannya terhadap Wakil Ketua KPK, Chandra Hamzah dan M Jasin. "Yang lain-lain, dia (Nazaruddin) tidak mau ngomong lagi. Soal partai, soal Chandra, dia nggak mau bilang," katanya.

Keputusan Nazaruddin untuk tidak menyeret-nyeret Demokrat dan KPK ini, di luar dugaan. Padahal sebelumnya, selama buron, Nazaruddin gencar melancarkan tudingan-tudingan terhadap berbagai pihak, mulai dari Demokrat hingga KPK. Nazaruddin, antara lain, menyebut ada aliran dana proyek wisma atlet SEA Games Palembang 2011 dan proyek Hambalang ke Ketua Umum DPP Demokrat Anas Urbaningrum.

Nazaruddin juga menyebut tiga anggota DPR yang duduk di Badan Anggaran (Banggar) yakni Angelina Sondakh (Fraksi Demokrat), Mirwan Amir (Fraksi Demokrat), dan Wayan Koster (Fraksi PDIP) terlibat dalam kasus wisma atlet. Bahkan, dia menuding pejabat KPK membuat kesepakatan dengan Anas Urbaningrum untuk merekayasa kasusnya. Dia menyebut Chandra Hamzah dan Jasin sebagai rekan Anas.

Versi Nazaruddin, Chandra Hamzah bersama Ade Rahardja (orang KPK) juga mengadakan pertemuan dengan Anas untuk menyepakati skenario kasus wisma atlet. Chandra dan Ade disebutkan sepakat tidak memeriksa Anas dan kader Demokrat lainnya dalam kasus wisma atlet. Sebagai kompensasinya, Anas akan meloloskan Chandra dan Ade dalam seleksi calon pimpinan KPK periode berikutnya. Faktanya, Chandra dan Ade gagal dalam seleksi.

Sementara itu, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) menegaskan Nazaruddin tidak main sendiri dalam menggelapkan uang negara. Dari 154 perusahaan yang terkait dengan Nazaruddin, diduga juga melibatkan banyak pihak. "Yang saya tahu, dia pakai banyak perusahaan, itu saja. Dia nggak main sendiri. Setau saya, 154 perusahaan yang terkait sama dia," jelas Ketua PPATK Yunus Hussein pada detikcom secara terpisah di Jakarta, Rabu kemarin.

Saat ditanya siapa saja pemilik saham tersebut, Yunus mengaku tidak mengingatnya satu per satu. "Macem-macem, saya tidak hapal perusahaan yang terlibat. Saya nggak bicara transaksi perusahaan yang ditemukan KPK. Belum tentu semua itu bermain seperti yang Anda sebutkan terlibat Rp 6 triliun," urai Yunus.

Di lain sisi, Ketua KPK Busyro Muqoddas mengakui tidaklah gampang untuk mengusut 31 kasus yang terkait Nazaruddin. Untuk menelisik 31 kasus itu tanpa menganggu penyidikan kasus lainnya, KPK terhambat oleh jumlah penyidik dan terbatasnya jaksa. "Kita punya keterbatasan SDM," ujar Busryo kemarin.

Busyro mengatakan, berdasarkan laporan terakhir yang dia terima, KPK hanya memiliki 77 penyidik yang aktif dan 40 jaksa. Keterbatasan itu sudah diantisipasi KPK dengan melakukan perekrutan SDM penyidik tambahan. "Namun, penambahan itu masih belum maksimal," katanya.

Karena itu, kata Busryo, puluhan kasus korupsi yang diduga melibatkan Nazaruddin akan dilihat berdasarkan kelengkapan alat buktinya. Kasus yang memiliki alat bukti yang cukup, akan menjadi prioritas KPK untuk dikembangkan lebih lanjut penanganannya. "Ya, meskipun kasus itu katakanlah yang memiliki potensi kerugian negara besar, tapi kalau alat buktinya belum cukup, belum menjadi prioritas," ujar Busyro.

sumber : NusaBali
Share this article :

Pengunjung Blog Ini:


Recent Post

Popular Posts

Top News

Wanita Ini Kritis setelah Lawan Penjambret di Seminyak

Korban pejambretan dirawat intensif di IGD RSUP Sanglah, Sabtu (24/12/2016). DENPASAR - Tangis Eris dan keluarganya tak mampu lagi ter...

The Others News

 
Support : Dre@ming Post | Dre@aming Group | I Wayan Arjawa, ST
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Kuta Selatan - All Rights Reserved
Template Design by Dre@ming Post Published by Hot News Seventeen