DENPASAR - Seorang anak pada umumnya mengalami fase tumbuh kembang, mulai dari fase telentang, gerak-gerak, berbalik atau tengkurap, merayap, belajar duduk, merangkak, berdiri dengan pegangan, berdiri tanpa pegangan, dan berjalan. Namun, tidak semua orangtua paham akan fase tersebut, terutama fase merangkak.
Pakar stimulasi anak, Irene F Mongkar mengatakan, fase merangkak sangat perlu diperhatikan karena berpengaruh pada perkembangan anak selanjutnya.
"Tulisan tangan anak yang jelek, tidak fokus, mudah jatuh, keseimbangan tidak berkembang dengan sempurna, susah belajar, koordinasi tidak bagus, lambat untuk bisa pasang kancing baju, mengikat tali sepatu, dan lain-lain, itu disebabkan oleh anak yang mengalami fase merangkak yang kurang baik. Atau bahkan si anak tersebut tidak mengalami fase merangkak," ujar Irene F Mongkar.
Menurutnya, beberapa orangtua senang mendapati anaknya sudah mampu berjalan di usia dini, dan melewatkanfase merayap dan merangkak.
Ini yang salah, jika fase merayap dan merangkak dilewatkan sangat banyak kerugiannya karena fase tersebut adalah pondasi pertumbuhan anak ke depannya.
"Jika anaknya ingin menjadi sesuai yang diharapkan orangtua, maka fase merangkak harus diulang, walaupun sudah besar," kata Irene F Mongkar.
Menurutnya, hal tersebut memang agak sulit dilakukan ketika anak sudah beranjak besar. Namun, orang tua dapat mengulangi fase tersebut dengan mengajak anak bermain kuda-kudaan, masuk terowongan, dan permainan lain yang mengharuskan si anak untuk merangkak.
"Tidak perlu melakukan terapi-terapi tertentu, cukup dengan bermain yang membuat anak untuk merangkak selama 3 hingga 6 bulan dan stimulasi anak akan kembali normal," terangnya.
sumber : tribun